URBANCITY.CO.ID – Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 yang diadakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Badan Pusat Statistik (BPS), indeks literasi dan inklusi keuangan syariah masih rendah.
Literasi keuangan adalah kemampuan masyarakat memahami aneka produk dan layanan jasa keuangan dengan segala risikonya. Sedangkan inklusi keuangan adalah tingkat keterlayanan masyarakat oleh jasa keuangan formal.
Hasil SNLIK 2024 mengungkapkan, indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sudah mencapai 65,43 persen, sedangkan indeks inklusi keuangan 75,02 persen.
Namun, indeks literasi keuangan syariah baru 39,11 persen, dan indeks inklusi keuangan syariah 12,88 persen.
Hasil SNLIK itu berbanding lurus dengan fakta di lapangan. Kendati sudah hadir di Indonesia selama lebih dari 30 tahun, dan pembiayaannya terus tumbuh di atas kredit perbankan konvensional, pangsa pasar masih sangat kecil.
Per Maret 2024 baru 7,38 persen dari total kredit perbankan. Karena itu OJK menggenjot pengembangan keuangan syariah dengan proyeksi tahun 2028 market share-nya bisa mencapai 18 persen.
Salah satu caranya, dengan meningkatkan literasi keuangan syariah di kalangan kaum muda melalui berbagai kegiatan seperti Indonesia Sharia Financial Olympiad (ISFO) 2024.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica “Kiki” Widyasari Dewi, sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, Indonesia berpotensi besar menjadi pemain utama ekonomi dan keuangan syariah.