URBANCITY.CO.ID – Pada Oktober 2024 neraca perdagangan Indonesia kembali surplus 2,48 miliar dolar AS (USD), melanjutkan surplus 53 bulan berturut-turut sebelumnya. Selain itu Indonesia juga mencatat kenaikan cadangan devisa menjadi USD151,2 miliar, tertinggi sepanjang sejarah.
Namun, kabar baik itu tetap tidak mampu mendongkrak nilai tukar rupiah terhadap USD. Rupiah terus melemah terhadap USD mendekati Rp16.000.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo saat menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan Bank Indonesia (BI), Rabu (20/11/2024), hal itu terjadi karena makin tingginya risiko perekonomian global.
Bukan hanya karena meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, Rusia-Ukraina, dan China-Taiwan, tapi juga karena fragmentasi perdagangan.
Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS, diperkirakan akan diikuti dengan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dan strategi ekonomi berorientasi domestik (inward looking policy), termasuk penerapan tarif perdagangan yang tinggi dan kebijakan imigrasi yang ketat.
Dampaknya, preferensi investor global berbalik dengan mengalihkan portofolio investasinya kembali ke AS pasca hasil pemilu yang memenangkan Trump itu.
Semua itu membuat dolar AS menguat secara luas, dan sebaliknya mata uang negara-negara dunia melemah termasuk rupiah.
“Selama November (hingga 18 November 2024), aliran modal keluar (net outflows) berupa investasi portofolio mencapai USD1,9 miliar dolar AS (sekitar Rp30 triliun),” kata Perry.
Sementara selama Oktober 2024, aliran modal masuk (net inflows) berupa investasi portofolio itu hanya USD1,1 miliar atau sekitar Rp17 triliun.