URBANCITY.CO.ID – Utang luar negeri (ULN) Indonesia per Februari 2024 tercatat sebesar 407,3 miliar dolar AS, atau meningkat 1,4% secara tahunan (yoy) dibanding dengan posisi ULN Januari yang hanya naik 0,2%. Peningkatan tersebut terutama bersumber dari utang sektor publik, baik pemerintah maupun bank sentral.
Menurut Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono melalui keterangan tertulis di laman resmi BI, peningkatan ULN itu dipengaruhi faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap beberapa mata uang global termasuk Rupiah. Kendati demikian, BI mengklaim, ULN pemerintah tetap terkendali dan dikelola secara terukur, efisien, dan akuntabel.
Posisi ULN pemerintah pada Februari 2024 tercatat 194,8 miliar dolar AS atau tumbuh 1,3% (yoy), dibanding peningkatan Januari yang hanya 0,1%. Peningkatan ULN pemerintah itu dipicu penarikan pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
“ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja di berbagai sektor,” kata Erwin. Antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (21,1% dari total ULN pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,1%), jasa pendidikan (16,9%), konstruksi (13,7%), serta jasa keuangan & asuransi (9,7%). “Posisi ULN pemerintah juga relatif aman dan terkendali, karena hampir seluruhnya bertenor panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen,” ungkapnya.
Sementara ULN swasta per Februari 2024 terkontraksi 1,3% (yoy), melanjutkan kontraksi bulan sebelumnya sebesar 2,3%, dengan nilai stabil di angka 197,4 miliar dolar AS. Kontraksi pertumbuhan ULN swasta itu bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations), masing-masing sebesar 1,3% (yoy).