URBANCITY.CO.ID – Kendati berfluktuasi selama sepekan terakhir, nilai tukar rupiah masih anteng di bawah Rp15.500 per dolar AS (USD). Menurut keterangan tertulis Asisten Gubernur BI Erwin Haryono, Jum’at (13/9/2024), pada akhir perdagangan Kamis (12/9/2024), kurs rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.425/USD.
Pelemahan nilai rupiah itu dibarengi penurunan imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun ke level 6,58 persen, penguatan Indeks Dolar AS atau DXY ke level 101,37, dan penurunan yield surat utang pemerintah AS 10 tahun ke level 3,674 persen.
Sementara premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 12 September 2024 tercatat 69,63 bps, turun dibandingkan 6 September 2024 sebesar 70,45 bps.
Pada pembukaan perdagangan Jumat (13/9/2024), rupiah dibuka menguat ke level (bid) Rp15.400/USD, dan yield SBN 10 tahun relatif stabil di level 6,57 persen.
Pada penutupan perdagangan Jumat (13/9/2024), mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.401/USD. Menguat 24 poin dibanding penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Baca juga: Rupiah Terus Menguat Seiring Derasnya Arus Masuk Modal Asing
Berdasarkan data transaksi 9 – 12 September 2024, modal asing portofolio lebih banyak keluar ketimbang masuk. Asing tercatat melakukan jual neto Rp1,31 triliun. Terdiri dari jual neto Rp0,18 triliun di pasar SBN, beli neto Rp2,46 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp3,59 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Namun, selama 2024 hingga 12 September 2024, asing masih tercatat beli neto Rp10,37 triliun di pasar SBN, Rp31,47 triliun di pasar saham, dan Rp184,03 triliun di pasar SRBI.