URBANCITY.CO.ID – Pemilihan presiden dan wakil presiden yang berlangsung mulus, sentimen politik yang tetap positif, dan ekonomi makro yang terjaga cukup baik, akan mendorong kenaikan harga rumah tapak di Greater Jakarta (Jabodetabek) pasca pilpres.
Analisis Pasar Properti: Refleksi 2023 & Proyeksi 2024 versi konsultan properti Cushman & Wakefield yang dipublikasikan di Jakarta beberapa waktu lalu mengungkapkan prediksi tersebut.
Selain itu kenaikan harga bahan bangunan, serta perkembangan pembangunan infrastruktur seperti MRT, LRT, dan jalan tol yang memicu kenaikan harga tanah, juga akan menjadi pendorong kenaikan harga rumah.
Insentif free PPN yang kembali dilansir pemerintah pada November 2023 akan menjadi pengungkit utama pasar rumah tapak tahun ini.
Pengembang akan tetap aktif meluncurkan produk baru karena adanya permintaan yang berkelanjutan, meskipun insentif pajak itu hanya berlaku untuk rumah jadi.
“Kebijakan baru yang memudahkan WNA membeli properti di Indonesia cukup dengan paspor, juga akan memberi sentimen positif terhadap permintaan rumah kendati tidak signifikan,” tulis Cushman.
Baca juga: Kota Podomoro Tenjo Pasarkan Rumah Milenial Rp200 Jutaan Tanpa DP
Tahun ini pasokan kumulatif perumahan tapak di Jabodetabek diprediksi meningkat sekitar 2,6% secara tahunan (YoY). Konsultan properti asing itu mencatat, pasokan kumulatif perumahan tapak di Jabodetabek sampai akhir 2023 relatif stabil di angka 420 ribuan dibanding 410 ribuan unit tahun 2022.
Sedangkan permintaan kumulatif diproyeksikan naik sekitar 2,8% YoY atau lebih tinggi daripada peningkatan pasokan. Tahun lalu permintaan kumulatif tercatat sedikit di atas 400.000 unit dibanding 390 ribuan tahun 2022.