URBANCITY.CO.ID – Kenaikan elektabilitas Prabowo sebesar 9,7 persen, sebagaimana diumumkan oleh survei LSI, menuai keraguan dan pertanyaan dari pengamat. Pengamat dari Pusat Studi Demokrasi, Kiki Rizki Octavian, mengungkapkan keanehan tersebut di Jakarta kemarin.
Rizki menyoroti bahwa pertanyaannya tidak melibatkan banyak lembaga survei, hanya fokus pada survei LSI agar tidak membingungkan dengan data lama. Namun, jika dihitung sejak 22 Oktober hingga 10 Desember, selama 48 hari, elektabilitas Prabowo naik sebanyak 9,7 persen. Konversinya menjadi 19,8 juta suara jika diterapkan pada basis Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebesar 204 juta.
Rizki mempertanyakan bagaimana mungkin Prabowo mendapatkan tambahan 416.000 suara setiap hari selama 48 hari. Ia skeptis terhadap narasi dan mesin amplifikasi apa yang bisa menghasilkan pergeseran sebesar 19,8 juta suara dalam waktu singkat.
Baca Juga: Survei PatraData: Prabowo Subianto Unggul di Pulau Jawa
“Lucu kan, yang buat banyak salah itu Prabowo Gibran lalu kenapa yg ditinggalkan Ganjar Mahfud ?Apakah istilah Gemoy dan perubahan unsur kimia dalam Asam Folat hingga bisa menjadi Asam Sulfat punya kemampuan meyakinkan 19,8 juta orang untuk pindah dalam 48 hari?,” ucap Kiki Rizki Yoctavian dari Pusat Studi untuk Demokrasi seperti dilansir dari opininya di media.
Pertanyaan Rizki lebih lanjut mengarah pada isu apa yang mampu membuat perubahan drastis tersebut. Ia merinci bahwa bahkan kontroversi sebesar yang terjadi pada Pilkada DKI tidak mampu menggeser suara secepat dan sebesar yang terjadi dalam kasus ini.